Sensus Orang Tertua di Pandeglang Banten

"Assalamualaikum Sobat ANFA"

Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Malam, Apapun Kondisinya, semoga kita senantiasa sehat sentosa dan semoga kita selalu di berikan kesejahteraan hidup oleh yang maha kuasa amin.
Ambu Unah - Orang Tertua Di Pandeglang


Sungguh sangat luar biasa, di seusia yang ratusan tahun ini, Ambu Unah masih dapat beraktifitas seperti layaknya orang usia 50-60 tahunan. Bahkan, ia masih senang jajan dan jalan-jalan keluar rumah, bermodalkan tongkat bambunya.

Ambu Unah yang mempunyai anak 10 ini, terlihat tidak pikun dan menurut penuturan anggota keluarganya ia tidak pernah mengalami sakit. Semua organ tubuhnya, mata, hidung, mulut, tangan dan lainnya masih berfungsi dengan normal, hanya saja telinganya sudah terganggu, sehingga jika berbincang dengannya harus dengan nada atau suara keras. Dari kesepuluh anaknya ini, yang masih hidup tinggal 5 orang, yaitu Syarif, Agus, Darwati, Samarudin dan Sanawati,” kata Ambu Unah, di rumahnya.

Nenek yang hidup di 5 zaman ini, pada saat dikunjungi tim banyak menceritakan pengalaman hidupnya. Diantaranya ia masih mengingat peristiwa penjajahan Belanda dan Jepang, khususnya saat Multatuli (Belanda) masuk ke Rangkas Bitung, Kabupaten Lebak, termasuk pembangunan rel kereta yang menghubungkan stasiun Rangkas Bitung-Tanah Abang dan Rangkas Bitung-Labuan, Kabupaten Pandeglang.

Saat ditanya kesaksiannya, pada saat terjadinya letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883, ia hanya mengatakan bahwa pada saat meletusnya Gunung Krakatau yang ia rasakan adalah terjadinya lini (gempa bumi) yang dilanjutkan esoknya dengan hujan es, tuturnya.

Ketika ditanya apa rahasianya bisa berumur panjang, ia hanya menyarankan agar selalu membaca shalawat yang sering ia lantunkan “Allahumma junjung umur, Saumur-umur didunia, Hilang lara datang rohmat ditambah nikmat, Ternyatane Cisadane, Cur mancur Cahaya ti Rosul, Car Muncar Cahaya ti Allah, Laaila Ha Illallah Muhammadarrasulullah”.

Uniknya, menurut penuturan keluarganya, Ambu Unah selalu meminta makanan yang disukainya yaitu Roti, permen dan susu, bahkan menurut pengakuan Darwati (anaknya yang ke delapan, 69 tahun), sehari bisa menghabiskan 2-3 kaleng susu formula dan permen satu toples.

“Kalau susunya sudah habis 2-3 kaleng, nenek sering meminta lagi dan harus dituruti. Kesukaannya makan permen juga tidak bisa dilarang, sehari bisa menghabiskan satu toples permen” lanjutnya.

Nenek yang dikenal dekat dengan masyarakat dikampungnya ini dan kadang-kadang suka diminta bantuannya untuk menyembuhkan penyakit anak-anak seperti panas, kejang-kejang dan sebagainya. Aktifitas kesehariannya, yang paling ia sukai adalah menonton televisi, “Dia paling senang, kalau acara TV belum selesai, TV tidak boleh dimatiin” ujar Samarudin (anak ke kesembilannya).

Saat ditanya, apakah Ambu Unah sering keluar Samarudin menjelaskan “Paling ia keluar ke warung dekat rumahnya untuk membeli permen dan roti. Kami selalu menjaganya, khawatir Ia ngeluyur kemana-mana, pak,” jelasnya, seraya mejelaskan bahwa Ambu Unah ini sulit makan nasi, jikapun ia mau hal itu harus dipaksa.

Menurut anggota keluarganya, sampai sekarang Ambu Unah itu tidak mengenal uang, kecuali uang gobang dan uang sen zaman dulu, ujarnya. Ambu Unah juga tidak pernah sakit, padahal dari makanan ia tidak mengenal ada pantangan, lanjutnya.

Sebagai informasi tambahan saat ini menurut Guinness World Records orang tertua di dunia berusia 114 tahun 357 hari,yang telah meninggal seminggu sebelum ulang tahunnya ke-115-nya. Kama Chinen, warga suatu pulau sub-tropis di Okinawa, Jepang, meninggal pada tanggal 2 Mei 2010. Sementara itu untuk manusia tertua di Jawa Barat adalah Ny. Kasliah (115) asal Kecamatan Cikatomas Kabupaten Tasikmalaya dan menjadi orang tertua di Jawa Barat dan akan diajukan untuk menjadi orang tertua di Indonesia.

Layaknya, manusia biasa usia 50-60 tahunan, Maemunah seorang nenek dengan usia 143 tahun, warga Kampung Jaha Girang Rt 05/06, Desa Kadu Dodol, Kecamatan Cimanuk, masih terlihat sehat, baik secara fisik maupun mental. Bagaimana keseharian nenek beranak 10 ini, dimata keluarga dan tetangganya ?

Setiap hari, Maemunah yang akrab disapa Mbo Unah menghabiskan waktunya untuk beraktifitas di rumah. Seperti nonton Tv, ngobrol-ngobrol dengan anak dan cucunya, serta aktifitas lainnya, sesekali ia keluar rumah pergi ke warung untuk membeli makanan kesukaannya, seperti roti, permen dan susu.

Anak kedelapannya Darwati (69) mengatakan, setiap hari dari bangun tidur, ema seperti biasa shalat shubuh, lalu langsung nonton Tv, kalau ada tamu ke rumah ia ikut nimrung (ngobrol,red), dan ia juga sering duduk-duduk di teras depan rumah, dan kalau dirasa suntuk ia juga tidak segan-segan ke warung, membeli makanan.

“Kalau sudah nonton Tv, susah pak. Nggak boleh Tv dimatiin sebelum acara Tv habis. Kalau ingin makan atau mandi, biasanya ema minta diantar, kecuali ke warung, kadang diantar, kadang juga pergi sendiri,” kata Darwati, yang ditemui Banten Ekspres, di rumahnya kemarin.

Ia juga mengatakan, tidak ada pantangan makanan untuk ibunya, bahkan kalau makan tidak ada sambel, ia tidak jadi makan. Kalau ikan yang paling disukainya, tongkol dan pindang, sayuran (dedaunan,red), setelah itu minum susu dan makan roti.

“Ema juga suka tidur siang, tapi tidak setiap hari, kadang-kadang saja. Karena keseringanya nongkrong dan ngobrol-ngobrol saja, sambil istirahat di depan teras rumah,” tambahnya.

Diakuinya, walau sudah usia lanjut, wanita dengan keriput disemua bagian tubuhnya itu, semua organ tubuhnya masih berfungsi normal, hanya pendengarannya saja yang kurang. Sehingga jika berbicara dengannya harus dengan suara atau nada lantang dank eras.

Kalau diajak jalan-jalan, katanya, ia pasti mau saja. Jangankan pakai mobil, dibonceng motor-pun ia tidak menolaknya. Bahkan, beberapa bulan lalu, Ema Unah diajak ziarah ke makam Syekh Mansur dan refreshing dengan keluarganya ke pantai Carita.

“Alhamdulillah, Ema nggak kenapa-napa, sehat-sehat saja. Dan satu lagi makanan yang paling disukainya selain susu dan roti, adalah permen kaki, kalau ema nyebutnya permen Cokor. Sehari bisa menghabiskan satu toples,” imbuhnya lagi.

Wanita beranak enam ini juga mengatakan, Ema masih mengenal semua anak-anaknya, dan kalau diajak bicara, masih nyambung, artinya ia tidak pikun, “Apalagi kalau tentang sejarah zaman Jepang dan Belanda, pasti ema nyerocos sendiri,” ujarnya.

Darwati saat ini memiliki enam anak, dari hasil pernikahannya dengan Ahmad Syarif (70), diantaranya, Mutmainnah (40), Maryamah (38), Nurdin (36), Maryami (34), Imas (30) dan Ahmad Jajang (24), yang semuanya sudah menikah, bahkan memiliki anak.

“Sama siapa saja, Ema selalu menganggap saudara, termasuk kepada orang yang tidak dikenalnya yang suka datang ke rumah,” tandasnya.

Seorang tetangga Maemunah, Yayah (70), warga setempat mengatakan, sejak ia kecil sampai saat ini, ia mengenal Mbo Unah sebagai orang yang dermawan, walau kehidupannya tidak mewah, namun ia selalu membagi-bagi makanan dan apa saja yang dimilikinya kepada tetangga khususnya, dan orang lain umumnya.

“Waktu saya masih kecil dan almarhum bapak saya masih ada, Mbo suka bagi-bagi makanan, seperti beras, daging dan makanan apa saja yang ia punya. Sering juga mengundang warga disini makan bareng di rumahnya, dan orangnya tidak perhitungan. Makanya, semua orang di Kampung dan Desa ini kenal sama Mbo Unah,” ungkapnya, seraya diamini warga lainnya.

Kalau ada bayi baru lahir, kata wanita berjilbab ini, suka dibawa ke rumah Mbo Unah, terus dijampe (Di do’ain,red), tanpa meminta imbalan sama sekali. Bahkan, kalau ada anak kecil yang sakit demam, panas atau kejang-kejang, suka diobati sama Mbo.

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, penduduk tertua yang ada di Pandeglang diantaranya:

Maemunah binti Sama’un (143 tahun), warga Kampung Jaha Girang Rt 05/06, Desa Kadu Dodol, Kecamatan Cimanuk,

Nyi Saki (115 tahun), warga Desa Ciawi, Kecamatan Patia,

Abah Warsad (110 tahun), warga Kampung Citanggok Rt 005/02, Desa Teluk, Kecamatan Labuan,

Abah Sakman (110 tahun), warga Kampung Mandalasari Rt 003/03, Desa Mandalasari, Kecamatan Kaduhejo,

Abah Ardani (106 tahun), warga Kampung Teluk Tengah, Desa Teluk, Kecamatan Labuan,

Abah Jumari (103 tahun), warga Kampung Cipining Rt 002/03, Desa Tunggal Jaya, Kecamatan Sumur,

Ema Askah binti Saingga (101 tahun), warga Kampung Tangkil, Desa Sindang Laut, Kecamatan Carita dan

Abah Tb. A. Muzani (100 tahun), warga Kampung Muncang Rt 003/09, Desa Labuan, Kecamatan Labuan.


#Asal

0 Response to "Sensus Orang Tertua di Pandeglang Banten"

Post a Comment

- Tuangkan saran maupun kritik dan jangan meninggalkan Spam.
- Berkomentarlah dengan bijak sesuai dengan konten yang tersedia.
- Dilarang Promosi disini.